Isnin, 29 November 2010

Unimaginable times: Seno Gumira Ajidarma (Pelajaran Sejarah, Salvador)

Pelajaran Sejarah

Apakah sejarah itu, pikir Guru Alfonso, apakah yang harus kita pahami dari masa lalu?

Ø Di teringat aksi mengeri yang dihadapi olehnya

Ø Saat penembakan mereka dibahagikan dalam dua barisan

Ø Barisan pertama di depan dan barsian kedua di belakang

Ø Komandannya menembak sekali ke atas, sambil berteriak “Depan tidur, belakang tembak!”

Ø Setelah menusukkan sangkurnya kea rah semua orang

Murid diajar untuk tidak lekas-lekas mempercayai apa pun yang mereka ajarkan

Murid bertanya kepada pelajaran sejarah harus diajarkan di luar kelas?

Pelajaran sejarah macam apakah yang harus diajarkan di luar kelas?

Ø Mengadakan pelajaran sejarah di kubur

Ø Dia teringat ketika semua orang yang tertinggal dan tidak sempat lari disuruh membuka baju dan dipukuli dengan kayu

Ø Guru Alfonso tengkurap pura-pura mati. Ia melihat teman di sebelahnya yang masih hidup, kepalanya ditusuk dengan pisau

Ø “Sejarah itu bukan hanya catatan tanggal dan nama-nama, Florencio, sejarah itu sering juga masih tersisa di rerumputan, terpendam dalam angina, menghempas dari balik ombak. Sejarah itu Florencio, merayap di luar kelas, kini kalian harus mempelajarinya.”

Ø Dia berasa tidak terlalu mudah mengajarkan suatu pengertian tentang makna peluru yang beterbangan itu. Peluru yang berterbangan, berhamburan, menyambar-nyambar tubuh dan udara selama tujuh minit, kemudian sepuluh minit, kemudian sunyi dan kemudian terdengar suara erangan – susah hendak menceritakan tanpa berasa ngeri

Ø Tanpa cerita tentang darah yang memerahkan aspal, tanpa cerita tentang kepalanya sendiri yang ditendang, bajunya dicopot untuk mengikat tangan, dan kepalanya dipukul dengan popor senjata sampai berdarah, sementara teman di sampingnya dipukul dengan kayu berpaku ujungnya – susah mencari jalan tanpa amarah

Ø Kanak-kanak, apakah yang mesti diketahui kanak-kanak? Mestikan mereka tahu mengapa kanak-kanak mereka hilang tak tentu rimbanya, keluarganya tak lengkap, dan ayah mereka dikuburkan entah di mana?

Ø Mestikah mereka tahu mengapa malam begitu sunyi, patroli tentara berkeliaran, dan mata ibu mereka sering ketakutan?

Ø “kami hanya berduka, ada yang lebih dari sekadar berduka, dan mengibarkan bendera, dan memebawa poster-poster”

Maka Guru Alfonso pun berkisah:

Ø Mereka dihanyutkan ke se sebuah dunia di mana debu bertebaran, peluru berhamburan, darah bermuncatan, dan air mata menetes, tapi mulut terkatup dengan geram

Ø Sebuah dunia di mana ibu-ibu kehilangan anaknya, anak-anak kehilangan orang tuanya, kaum wanita dilecehkan dan diperkosa, seorang pemuda berteriak: Viva dan terbungkum dengan darah mengalir dari telinga yang kemudian dipotong tenter

Ø Mayat-mayat bergelimpangan dan para sedadu berfoto bersama di depan mayat-mayat itu

Ø Tidak menghormati mayat – mayat berlubang-lubang kerana berondongan peluru itu mereka dudukan seperti orang hidup, dipasangi topi, dan diberi rokok pada mulutnya, lantas para serdadu berfoto bersama sambil tertawa-tawa

Pemikiran

Ø Belum ada kematangan untuk menerima

Ø Boleh menimbulkan amarah

Ø Boleh menimbulkan rasa kurang selesa

Ø Boleh membawa kekecewaan

Ø Sukar untuk diterima kerana bukan sejarah rasmi

Salvador

Ø Mayat Salvador diseret seekor kuda. Di belakang mayat itu seorang juru warta menunggang kuda sambil membawa gong. Di belakang juru warta itu satu peleton serdadu berkuda mengawal dengan langkah serempak

Ø Dia telah mencuri ayam and ia telah dihukum tembak samapi mati, dan mayatnya akan digantung di gerbang kota, sebagai peringatan bagi mereka yang berani membangkang

Ø Orang-orang yang berada di jalanan mengikuti mayat yang diseret menuju gerbang kota dengan langkah perlahan

Ø Mereka membiarkan para serdadu menggantung mayat Slavador di atap gerbang kota yang dulu dibangun para penjajah

Ø Mereka perhatikan bagaimana pada dada Salvador digantungkan pamflet lebar bertuliskan MALING AYAM

Ø Mereka hanya mengenal wajah Salvador dari selebaran gelap yang selalu menganjurkan pemberontakan yang selalu mereka, kerana selalu seperti tiba-tiba saja ada di dalam rumah mereka, diselipkan lewat celah di bawah pintu

Ø Mereka juga mengenal wajah Salvador dari poster-poster yang disebarkan ke segenap penjuru kota

Simbolik pintu gerbang

Ø Dahulu gerbang itu adalah bagaina dari benteng para penjajah

Ø Benteng itu melindungi mereka dari serbuan orang-orang perbumi selama beratus-ratus tahun

Ø Tinggal kini pintu gerbang itu, tempat para serdadu menggantung maling-maling ayam , warisan sejarah yang menjadi lambing betapa penjajahan masih selalu berulang

Ø “aku tidak bilang ia pahlawan, aku hanya bilang ia memilih jadi malaing ayam ketimbang hidup nyaman.”

Ø Kemudian dia serdadu itu dibunuh oleh Carlos Santana

Tiada ulasan:

Catat Ulasan